(0362)21985
setda@bulelengkab.go.id
Sekretariat Daerah

Maraknya Flu Singapura di Indonesia

Admin setda | 12 Mei 2014 | 1858 kali

Akhir-akhir ini, kembali ditemukan kasus hand, foot, mouth disease (HFMD) di Indonesia. Beberapa menyebutnya sebagai Flu Singapura, karena kasus HFMD marak terjadi pada tahun 2000 di Singapura. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang berasal dari kelompok Enterovirus. Pada pasien yang dapat rawat jalan umumnya disebabkan oleh infeksi Coxsackie A16, sedangkan bila pasien membutuhkan perawatan di rumah sakit umumnya disebabkan infeksi Enterovirus 71. Masa inkubasi dari infeksi ini 2-5 hari, dan bila sudah terinfeksi akan berlangsung selama 3-7 hari.

Pada umumnya, gejala dari penyakit ini meliputi demam yang tidak terlalu tinggi selama 2-3 hari, disertai nyeri telan (faringitis), menurunnya nafsu makan, pilek, serta gejala flu lainnya. Di sekitar mulut juga akan muncul vesikel (lenting berisi cairan) yang dapat pecah dan muncul luka. Selain itu akan timbul sariawan di daerah lidah, gusi, pipi dalam. Hal inilah yang berhubungan dengan menurunnya nafsu makan serta nyeri saat menelan. Ruam juga akan muncul pada telapak tangan dan kaki, terkadang bersifat tidak gatal. Kemudian, dapat muncul di daerah bokong.

Ruam tidak selalu muncul pada tangan, kaki, dan mulut seperti nama penyakit ini. Pada beberapa pasien, ruam akan muncul di mulut dan kaki saja. Proses penyembuhan akan terjadi dengan sendirinya, serta tidak perlu sampai dirawat di rumah sakit.

Gejala yang dapat menyebabkan pasien perlu dirawat di rumah sakit meliputi demam tinggi dengan suhu lebih dari 39oC, nadi cepat, sesak nafas, asupan makan dan minum yang kurang, diare berulang dengan tanda dehidrasi, nyeri pada anggota gerak tubuh, kejang-kejang, ketegangan pada bagian perut, serta penurunan kesadaran.

Komplikasi dari penyakit ini meliputi radang selaput otak, radang otak, radang jantung, radang selaput jantung, serta lumpuh layuh. Penyakit ini merupakan penyakit menular dan umumnya terjadi pada musim panas. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak usia 2 minggu sampai 5 tahun, bahkan sampai anak usia 10 tahun. Dewasa jarang terserang infeksi Enterovirus. Cara penularan penyakit ini melalui penularan air liur, tinja, cairan dari lentingan. Sedangkan, penularan tidak langsung bila memegang barang yang telah terkontaminasi.

Bila sudah terinfeksi yang terpenting adalah meningkatkan daya tahan tubuh, melalui istirahat. Pengobatan lain bersifat mengobati keluhan, seperti pemberian parasetamol, serta antiseptik. Penyakit ini sangat mudah untuk dicegah, melalui faktor higiene dan sanitasi. Cara yang mudah adalah selalu mempunyai kebiasaan mencuci tangan, membersihkan seluruh peralatan makanan, mainan, serta mencegah pemakaian handuk atau baju yang telah terkontaminasi. Imunisasi belum dapat mencegah penyakit ini.