Usaha jagung di wilayah Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng cukup menjanjikan walaupun diwilayah tersebut masih terkendala sumber air untuk pengairan lahan. Dengan luas lahan lahan 250 hektar, masyarakat di kecamatan gerokgak mayoritas memilih usaha jagung untuk dikelola. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng Ir. Nyoman Swatantra, MMA kamis pagi (5/12) menjelaskan alasan jagung menjadi komoditi primadona masyarakat di Kecamatan Gerokgak karena harga jualnya masih cukup tinggi. Harga jual jagung dipasaran menurutnya berkisar Rp.3.000 hingga Rp.3.500 per kilogramnya. Sementara harga pupuk masih bisa dijangkau petani karena adanya program subisdi pupuk dari pemerintrah pusat dan kondisi geografisnya yang mendukung tanaman jagung dikembangkan di wilayah barat Kabupaten Buleleng.
Swatantra mencontohkan Desa Tukad Sumaga sebagai salah satu Desa yang memiliki lahan jagung terbesar di wilayah gerokgak dengan luas mencapai 85 hektar. “ Di Desa Tukad Sumaga dalam sekali panen mampu menghasilkan 5 sampai 6 ton per hektar. Dan ini merupakan komoditi yang sedang digemari masyarakat setempat” jelasnya.
Bahkan, ditambahkan Swatantra Desa Tukad Sumaga baru-baru ini berhasil meraih penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara tingkat nasional 2013 di bidang tanaman pangan berdasarkan keputusan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Nomor 56/HK.310/C/11/2013. Dalam penilaiannya, Desa Tukad Sumaga menurut Swatantra mampu berada di peringkat kelima dari 33 Provinsi se Indonesia “ Ini merupakan prestasi yang harus diapresiasi dan pemerintah akan mensupport penuh sehingga komoditi jagung di Buleleng dapat terus ditingkatkan” harapnya. Bukan hanya jagung, Pemkab Buleleng menurutnya akan mengembangkan pelestarian potensi beras lokal seperti beras sudaji, beras sambangan dan beras merah “Tahun 2013 luas lahan untuk pengembagan beras lokal mencapai 180 hektar dan tahun depan kita tingkatkan menjadi 200 hektar” pungkasnya