Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng menerima Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali sebesar Rp 10 Miliar. Dengan tambahan ini, jumlah Belanja Tak Terduga (BTT) untuk penanganan Covid-19 Buleleng menjadi Rp 67 Miliar dan prioritas tetap di tiga komponen besar.
Penerimaan BKK ini sedang diproses menjadi peraturan kepala daerah untuk perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Buleleng yang mendahului. Sampai saat ini perubahan sudah dilakukan empat kali pada APBD Buleleng. Proses ini juga untuk mengakomodir Surat Keputusan Gubernur Bali dalam kaitan pemberian BKK ke Kabupaten/Kota. Memastikan BKK ini sudah menjadi sebuah keputusan bukan informasi lagi. “Sehingga BTT kita untuk penanganan Covid-19 menjadi Rp 67 Miliar,” jelas Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Buleleng yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng, Drs. Gede Suyasa, M.Pd saat memberikan keterangan pers secara virtual bersama awak media terkait perkembangan penanganan Covid-19 di Buleleng dari ruang kerjanya, Minggu (7/6).
Gede Suyasa menambahkan prioritas tetap akan dibagi menjadi tiga komponen besar. Tiga komponen tersebut adalah peningkatan kapasitas kesehatan, ekonomi dan ketahanan pangan, serta jaring pengaman sosial (JPS). JPS bisa dilihat dari pemberian Belanja Sosial Tunai (BST), pengadaan sembako termasuk mengkarantina desa. Maka kemungkinan terbesar realisasi akan berada di JPS. Ini masih kemungkinan karena belum diketahui kapan akan berakhir. Jika minggu depan berakhir, berarti kemungkinan terbesar realisasi ada di JPS. “Kita betul-betul berhitung dengan kemampuan daerah yang terbatas. Sangat menghitung dengan cermat pada sisi realisasi BTT yang dimiliki,” imbuhnya.
Sementara itu, data perkembangan penanganan Covid-19 di Buleleng menunjukkan bahwa Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Buleleng secara kumulatif berjumlah 90 orang, PDP terkonfirmasi kumulatif 76 orang, PDP negatif/non Covid sebanyak 12 orang dan PDP terkonfirmasi sembuh secara kumulatif sebanyak 62 orang. Untuk PDP terkonfirmasi dalam perawatan sebanyak 14 orang dan PDP yang dirawat saat ini terdapat dua orang.
Untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) secara kumulatif berjumlah 104 orang, ODP yang masih dipantau saat ini tiga orang. Untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) secara kumulatif berjumlah 1.382 orang, serta OTG yang masih karantina mandiri 246 orang, dan terdapat dua orang OTG yang masih karantina di RS Giri Emas.
Pemantauan juga terus dilakukan kepada pelaku perjalanan daerah terjangkit dan daerah transmisi lokal (tanpa gejala). Secara kumulatif berjumlah 3.527 orang dengan rincian 3.388 diantaranya sudah selesai masa pantau selama 14 hari dan sisa yang masih dipantau sebanyak 139 orang. Terdiri dari pekerja kapal pesiar berjumlah 108 orang, TKI lainnya terdapat 15 orang, pulang dari luar negeri ada dua orang, serta orang yang datang dari daerah transmisi lokal di Indonesia berjumlah 14 orang. (dra)