Pembangunan Gedung Gereja Katolik dan Pastoran Paroki Santo Paulus Singaraja menjadi momentum penguatan rasa toleransi umat beragama di Kabupaten Buleleng, Bali.
Hal tersebut disampaikan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana saat menghadiri peletakan batu pertama pembangunan Gedung Gereja Katolik dan Pastoran Paroki Santo Paulus Singaraja, Jumat (19/3).
Agus Suradnyana menjelaskan rasa toleransi umat beragama di Buleleng dan Bali perlu untuk semakin diperkuat sebagai landasan utuhnya NKRI. Terlebih melihat kondisi masyarakat dewasa ini yang rentan dipecah belah paham radikal yang dibumbui sentimen SARA. Oleh sebab itulah, kepedulian dan rasa cinta kasih tanpa memandang perbedaan harus terus disebarkan. “Guna mendukung pembangunan di Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali,” jelasnya.
Kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pembangunan dan kerukunan umat beragama ke arah lebih baik selalu didukung oleh pemerintah. Sepanjang kegiatan tersebut sesuai dengan aturan dan regulasi yang ada sudah dipenuhi. Umat Katolik di Singaraja diminta untuk selalu menjalin komunikasi yang baik di lingkungan serta dengan tokoh-tokoh adat di wilayahnya. “Sehingga hubungan yang terjalin selama ini tetap berjalan dengan baik,” ucap Agus Suradnyana.
Sementara itu, Romo Paroki Gereja Katolik Santo Paulus Singaraja J. Handrijanto Widjaya Pr. mengatakan pada kesempatan peletakan batu pertama ini ingin menunjukkan bahwa panitia dan umat Katolik siap untuk memulai pembangunan gereja. Gedung gereja dan pastoran yang lama sudah dihancurkan dan dirobohkan. Menjadi tumpukan bukit yang terhampar di belakang tempat peletakan batu pertama ini. “Artinya bila dalam perang kami adalah tentara yang bergerak maju, kami sudah membakar jembatan di belakang kami. Tidak ada jalan kembali. Pilihannya hanya satu, kami harus maju dan menyelesaikan pembangunan gereja ini,” kata dia.
Umat pun sudah selama beberapa minggu ini rajin untuk membantu mengosongkan isi gereja. Memindahkannya ke gedung serbaguna yang sekarang dipakai untuk beribadat dan tempat tinggal pastur serta pelayanan umat. Umat bergotong rotong berminggu-minggu menyiapkan semuanya. Umat sangat antusias ingin segera memulai pembangunan. “Sehingga jika saja tidak dalam masa pandemi COVID-19, tempat ini pasti sudah penuh untuk umat yang hadir,” pungkas Romo Handrijanto. (dra)